Di hitung-hitung, Kurang lebih sudah 3 tahun saya berada di rumah yang katanya dapur peradaban, intelektualistik dan kedaerahan dengan tujuan Analisis, riset dan Aksi.
Seutas demi seutas konflik maupun dinamika kian membuka tabir furnitur yang sebenarnya, tak ada lagi kehangatan dalam sebuah Persatuan yang katanya terhimpun dengan rasa kekeluargaan yng kuat, sebab jiwa ke-Akuan semakin hari makin gembar-gembor di kultuskan oleh masing-masing orang yang ada di dalamnya.
Motto Organisasi Hebat dan Akademik Mantap pun serasa seperti dotrin pasaran yang hanya mampu di lisankan, tanpa di ejawantahan.
Demokrasi yang katanya sebagai hak makin hari makin tenggelam bersama harapan para pendiri terdahulu, dan kini hanya Indoktrinasi yang mulai tumbuh subur, entah siapa yang menaburkan benih-benihnya, di cangkok lagi dengan ranting-ranting kebencian yang juga begitu rindangnya, sehingga kini dapur peradaban kita di Rasuki dan di Rusaki.
Jika pak tani mengkapling sawahnya perpetak untuk ditanami padi, maka para oknum dalam PPMIBU mampu mengkapling adik-adik kadernya untuk memberikan sekat ideologi juga penanaman kebencian terhadap satu sama lain. Miris! Konstruksi intelektual yang sengaja dibangun dengan susah payah, dirobohkan menjadi puing-puing olehnya.
Ada apa dengan kader PPMIBU
Kader PPMIBU sedang mengalami kemarau panjang intelektual, kulturisasi kajian seakan mati, "bukan karna tak ada yang ber-INISIASI, bahkan banyak yang meng-APRESIASI, hanya saja tak ada yang ber-PARTISIPASI. Mayoritas dari mereka menganggap kultur kajian sudah tak penting lagi dan tak relevan dengan zaman, seakan ingin melupakan bahwa inilah "Mimbar Akademik" tempat di mana Dialektika adalah aktualisasi yang sangat bermanfaat, dan Mereka lupakan itu.
Membangun kesadaran palsu antar sesama, KAITOLOGI dan COCOKMOLOGI pun menjadi sarapan sehari-hari untuk para junior, dogma menjalar begitu luas, tertanam begitu dalam dan terikat begitu erat, membentuk satu pemikiran Anarko dan Buta yang sudah di jadikan Stigma.
Sehingganya, para korban cenderung menjadi sekumpulan separatis plus Apatis yang siap terima perintah untuk bertindak Subversif di rumahnya sendiri. Mereka lupa, yang dirasuk dan dirusak adalah rumah.
PPMIBU sebagai Kawah Candradimuka
Candradimuka namanya, kawah dimana gatot kaca diterpa, dikukuhkan menjadi manusia yang paripurna, berotot kawat bertulang besi, kawah semagaimana semua pusaka berada di dalamnya, untuk bagaimana kemudian menjadi ruang pembentukan intelektual dan jati diri.
PPMIBU sebagai Kawah Candradimuka
Candradimuka namanya, kawah dimana gatot kaca diterpa, dikukuhkan menjadi manusia yang paripurna, berotot kawat bertulang besi, kawah semagaimana semua pusaka berada di dalamnya, untuk bagaimana kemudian menjadi ruang pembentukan intelektual dan jati diri.
PPMIBU seyogyanya adalah sebuah kawah Candradimuka. Ruang kajian harus terbuka lebar, begitu pula dengan pengkultusan Tema yang harus juga progresif, sebab semakin kesini zaman semakin berubah, tantangan semakin berat, kita jangan hanya stagnan dengan satu pemikiran saja untuk di jadikan perspektif tolak ukur penilaian.
Ini sudah bukan era Posmodernism lagi, kita sudah berada di era millenial dan hampir sampai di era Generasi Alpha, sembari menjemput Revolusi industri 4.0, yang mana ketika pemikiran kita tidak terus di upgrade dan masih stagnasi dengan kajian itu-itu saja, maka kita akan ketinggalan, bumingnya Science menjadikan Filsafat pun harus tunduk padanya, karna Relevansi antara teori dengan hukum realita alamiah haruslah berkesinambungan.
Bersama mengembalikan Khitah Perjuangan Persatuan Pelajar Mahasiswa Bolaang Mongondow Utara, agar tetap sejalan dengan mimpi para pendiri terdahulu kita. Yakin dan Percaya, apabila mahabah sesama kader, terus kita jaga, maka takan tersisa sedikitpun untuk merusak wadah kita sendiri, Justru akan terus membangunnya.
Sekian dari saya.
Ini sudah bukan era Posmodernism lagi, kita sudah berada di era millenial dan hampir sampai di era Generasi Alpha, sembari menjemput Revolusi industri 4.0, yang mana ketika pemikiran kita tidak terus di upgrade dan masih stagnasi dengan kajian itu-itu saja, maka kita akan ketinggalan, bumingnya Science menjadikan Filsafat pun harus tunduk padanya, karna Relevansi antara teori dengan hukum realita alamiah haruslah berkesinambungan.
Bersama mengembalikan Khitah Perjuangan Persatuan Pelajar Mahasiswa Bolaang Mongondow Utara, agar tetap sejalan dengan mimpi para pendiri terdahulu kita. Yakin dan Percaya, apabila mahabah sesama kader, terus kita jaga, maka takan tersisa sedikitpun untuk merusak wadah kita sendiri, Justru akan terus membangunnya.
Sekian dari saya.
Billahi taufiq wal hidayah..
:Setiawan Adi Setyo:
*Tulen lepasan kader , bukan kader lepas*